KITAB ITIHASA

Kitab Itihasa. adalah suatu bagian dari kesusastraan hindu yang menceritakan kisah-kisah epik/kepahlawanan para Raja dan ksatria Hindu di masa lampau dan dibumbui oleh filsafat agama,mitologi dan makhluk supernatural. Itihāsa berarti “kejadian yang nyata”. Itihāsa yang terkenal ada dua, yaitu ramayan dan mahabrata .
Kitab Itihāsa disusun oleh para Rsi dan pujangga India masa lampau, seperti misalnya rsi valmiki dan rsi vyasa Cerita dalam kitab Itihāsa tersebar di seluruh daratan India sampai ke wilayah Asia Tenggara. Pada zaman kerajaan di Indonesia, kedua kitab Itihāsa diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa kuno dan diadaptasi sesuai dengan kebudayaan lokal. Cerita dalam kitab Itihāsa diangkat menjadi pertunjukkan wayang dan digubah menjadi kakawin.

Itihasa merupakan jenis epos yang terdiri atas dua macam yaitu :
1. Rämayana terdiri atas tujuh kanda.
2. Mahabharata, terdiri atas 18 buah Buku (Parwa) dan dua buku supplemen Mahabharata yaitu kitab Hariwamsa dan Bhagawadgita.

Ramayana
Ramayana ditulis oleh Bhagawan Walmiki. Menurut tradisi, kejadian yang dilukiskan didalam Ramayana menggambarkan kehidupan pada jaman Tretayuga tetapi menurut kritikus Barat berpendapat bahwa Ramayana sudah selesai ditulis sebelum th. 500 S.M. Diduga ceriteranya telah populer 3100 S.M.

Ramayana merupakan epos Aryanisasi yang ditulis dalam bentuk stanza, meliputi 24.000 buah stanza. Penulisnya sendiri menamakannya puisi, ăkhyăyana, gita dan samhita. Seluruh isi dikelompokkan kedalam tujuh kanda, yaitu :
1. Bala kanda
Balakanda atau kitab pertama Ramayana menceritakan sang Dasarata yang menjadi Raja di Ayodhya. Sang raja ini mempunyai tiga istri yaitu: Dewi Kosalya, Dewi Kekayi dan Dewi Sumitra.
Dewi Kosalya berputrakan Sang Rama, Dewi Kekayi berputrakan sang Barata, lalu Dewi Sumitra berputrakan sang Laksamana dan sang Satrugna.
Maka pada suatu hari, bagawan Wiswamitra meminta tolong kepada prabu Dasarata untuk menjaga pertapaannya. Sang Rama dan Laksamana pergi membantu mengusir para raksasa yang mengganggu pertapaan ini.
Lalu atas petunjuk para Brahmana maka sang Rama pergi mengikuti sayembara di Wideha dan mendapatkan Dewi Sita sebagai istrinya.
Ketika pulang ke Ayodhya mereka dihadang oleh Ramaparasu, tetapi mereka bisa mengalahkannya.

2. Ayodhyakanda
Ayodhyakanda adalah kitab kedua epos Ramayana dan menceritakan sang Dasarata yang akan menyerahkan kerajaan kepada sang Rama, tetapi dihalangi oleh Dewi Kekayi. Katanya beliau pernah menjajikan warisan kerajaan kepada anaknya.
Maka sang Rama disertai oleh Dewi Sita dan Laksamana pergi mengembara dan masuk ke dalam hutan selama 14 tahun. Setelah mereka pergi, maka prabu Dasarata meninggal karena sedihnya. Sang Barata menjadi sedih dan pergi menceri Sri Rama.
Maka setelah ia berjumpa dengan Sri Rama, ia mengatakan bahwa itu bukan haknya tetapi karena Rama ingin menghormati bapaknya, ia mengatakan bahwa itu sudah kewajiban Barata untuk memerintah. Lalu sebagai simbol bahwa Barata mewakili Rama, Rama menyerahkan sandalnya (dalam bahasa Sansekerta: paduka).
Lalu Barata pulang ke Ayodhya dan memerintah di sana.

3. Aranyakahda
Aranyakanda adalah kitab ke tiga epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakanlah bagaimana sang Rama dan Laksamana membantu para tapa di sebuah asrama mengusir sekalian raksasa yang datang mengganggu.
Lalu Laksamana diganggu oleh seorang raksasi yang bernama Surpanaka yang menyamar menjadi seorang wanita cantik yang menggodanya. Tetapi Laksamana menolak dan hidung si Surpanaka terpotong. Ia mengadu kepada suaminya sang Trisira. Kemudian terjadi perang dan para bala raksasa mati semua.
Maka si Surpanaka mengadu kakaknya sang Rawana sembari memprovokasinya untuk menculik Dewi Sita yang katanya sangat cantik. Sang Rawanapun pergi diiringi oleh Marica. Marica menyamar menjadi seekor kijang emas yang menggoda Dewi Sita. Dewi Sita tertarik dan memminta Rama untuk menangkapnya. Dewi Sita ditinggalkannya dan dijaga oleh si Laksamana.
Ramapun pergi memburunya, tetapi si Marica sangat gesit. Lalu iapun menjadi kesal dan memanahnya. Si Marica menjerit kesakitan lalu mati dan wujudnya kembali menjadi raksasa.
Sementara itu Sita yang mendengar jeritan tersebut merasa cemas dan mengira bahwa tadi adalah jeritan Rama. Lalu ia menyuruh Laksamana untuk mencarinya. Laksamana menolak tetapi Sita malah menuduhnya ingin memperistrinya jika Rama mati. Maka iapun terpaksa pergi, tetapi sebelumnya membuat sebuah lingkaran sakti sekeliling Sita supaya jangan ada yang bisa menculiknya.
Sementara itu Rawana datang menyamar sebagai seorang tua dan memanggil Sita yang langsung diculiknya. Rawana bertemu dengan seekor burung sakti sang Jatayu tetapi Jatayu kalah dan sekarat. Laksamana yang sudah menemukan Rama menjumpai Jatayu yang menceritakan kisahnya sebelum ia mati

4. Kiskindhakanda
Kiskindhakanda adalah kitab keempat epos Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Rama amat berduka cita akan hilangnya Dewi Sita. Lalu bersama Laksamana ia menyusup ke hutan belantara dan sampai di gunung Resimuka.
Maka di sana berkelahilah sang kera Subali melawan Sugriwa memperebutkan dewi Tara. Sang Sugriwa kalah lalu mengutus abdinya sang Hanuman meminta tolong kepada Sri Rama untuk membunuh Bali, Rama setuju dan si Bali mati.
Maka Sugriwa berterima kasih dan ingin membantunya dengan mencari Dewi Sita.

5. Sundarakanda
Sundarakanda adalah kitab kelima Ramayana. Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Hanuman datang ke Alengkapura mencari tahu akan keadaan Dewi Sita dan membakar kota Alengkapura karena iseng.

6. Yuddhakanda
Yuddhakanda adalah kitab keenam epos Ramayana dan sekaligus klimaks epos ini. Dalam kitab ini diceritakan sang Rama dan sang raja kera Sugriwa mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan Alengkapura. Karena Alengka ini terletak pada sebuah pulau, sulitlah bagaimana mereka harus menyerang.
Maka mereka bersiasat dan akhirnya memutuskan membuat jembatan bendungan (situbanda) dari daratan ke pulau Alengka. Para bala tentara kera dikerahkan. Pada saat pembangunan jembatan ini mereka banyak diganggu tetapi akhirnya selesai dan Alengkapura dapat diserang.
Syahdan terjadilah perang besar. Para raksasa banyak yang mati dan prabu Rawana gugur di tangan sri Rama.
Lalu Dewi Sita menunjukkan kesucian dan kesetiaannya terhadap Rama dengan dibakar di api, ternyata ia tidak apa-apa.
Setelah itu sang Rama, Sita, Laksamana pulang ke Ayodhyapura, disertai para bala tentara kera yang dipimpin oleh Sugriwa dan Hanuman. Di Ayodhyapura mereka disambut oleh prabu Barata dan beliau menyerahkan kerajaannya kepada sang Rama. Sri Rama lalu memerintah di Ayodhyapura dengan bijaksana.

7. Uttarakanda
Uttarakanda adalah kitab ke-7 Ramayana. Diperkirakan kitab ini merupakan tambahan. Kitab Uttarakanda dalam bentuk prosa ditemukan pula dalam bahasa Jawa Kuna. Isinya tidak diketemukan dalam Kakimpoi Ramayana. Di permulaan versi Jawa Kuna ini ada referensi merujuk ke prabu Dharmawangsa Teguh.
Tiap-tiap kanda itu merupakan satu kejadian yang menggamharkan ceritera yang menarik. Kitab ini dikenal sebagai Adikawya sedangkan Walmiki dikenal sebagai Adikawi.
Banyak gubahan ditulis dalam berbagai bentuk versi baru seperti Ramayanatatwapadika ditulis oleh Maheswaratirtha, Amrtakataka oleh Śri Răma, Kakawin Ramayana oleh Mpu Yogiswara, dan sehagainya.
Tentang kedudukan Itihsa diantara Weda itu disebutkan secara sepintas lalu saja didalam Weda Sruti dimana didalam Weda Sruti kita jumpai istilah-istilah akhyayana. Purãna dan Itihasa. Akhyayana merupakan himpunan ceritera-ceritera tradisi kuna dan kadang-kadang Akhyayana itu dimasukkan pula kedalam Itihasa. Itihasa berasal dari tiga kata yaitu Iti — ha — asa yang artinya : ”Sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya”. Jadi Itihasa memuat unsur sejarah yang memuat macam-macam isi. Menurut kritikus Barat, Ramayana dibandingkan sebagai kitab Illiad karya Homer


Mahabharata,
Mahabharata lebih muda umurnya dan menurut Prof. Pargiter kejadian Bhäratayuddha diperkirakan pada + 950 S.M. Tetapi tradisi meletakkan kejadian itu pada permulaan zaman kaliyuga, 3101 S.M. Kitab Mahabharata menceriterakan kehidupan keluarga Bharata dan isinya menggambarkan pecahnya perang saudara antara bangsa Arya sendiri. Kitab ini meliputi 18 buah buku (Parwa) yaitu :
1. Adiparwa
Adiparwa adalah buku pertama atau bagian (parwa) pertama dari kisah Mahabharata. Pada dasarnya bagian ini berisi ringkasan keseluruhan cerita Mahabharata, kisah-kisah mengenai latar belakang ceritera, nenek moyang keluarga Bharata, hingga masa muda Korawa dan Pandawa). Kisahnya dituturkan dalam sebuah cerita bingkai dan alur ceritanya meloncat-loncat sehingga tidak mengalir dengan baik. Penuturan kisah keluarga besar Bharata tersebut dimulai dengan percakapan antara Bagawan Ugrasrawa yang mendatangi Bagawan Sonaka di hutan Nemisa.

2. Sabhaparwa
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.

3. Wanaparwa
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.

4. Wirataparwa
Wirataparwa menceritakan kisah ketika para Pandawa harus bersembunyi selama setahun setelah mereka dibuang selama duabelas tahun di hutan. Kisah pembuangan ini diceritakan di Wanaparwa.

Maka para Pandawa bersembunyi di kerajaan Wirata. Jika mereka ketahuan, maka harus dibuang selama 12 tahun lagi. Di sana sang Yudistira menyamar sebagai seorang brahmana bernama Kangka. Sang Werkodara menyamar sebagai seorang juru masak dan pegulat bernama Balawa. Lalu sang Arjuna menyamar sebagai seorang wandu yang mengajar tari dan nyanyi. Sang Nakula menjadi seorang penggembala kuda dan sang Sadewa menjadi penggembala sapi. Lalu Dewi Dropadi menjadi seorang perias bernama Sairindi.
Alkisah patih Wirata, sang Kicaka jatuh cinta kepada Sairindi dan ingin menikahinya. Tetapi ia ditolak dan memaksa. Lalu sang Balawa membunuhnya. Hal ini hampir saja membuat samaran mereka ketahuan.
Lalu negeri Wirata diserang oleh musuh Pandawa, para Korawa dari negeri Astina. Para Pandawa berperang melawan mereka, membela Wirata. Setelah perang usai, kedok mereka ketahuan. Tetapi mereka sudah bersembunyi selama setahun, jadi tidak apa-apa.

5. Udyogaparwa
Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.



6. Bhismaparwa
Bhismaparwa banyak dianggap sebagai bagian terpenting Mahabharata karena kitab keenam ini mengandung kitab Bhagawad Gita. Dalam Bhismaparwa dikisahkan bagaimana kedua pasukan, pasukan Korawa dan pasukan Pandawa berhadapan satu sama lain sebelum Bharatayuddha dimulai. Lalu sang Arjuna dan kusirnya sang Kresna berada di antara kedua pasukan. Arjuna pun bisa melihat bala tentara Korawa dan para Korawa, sepupunya sendiri. Iapun menjadi sedih karena harus memerangi mereka. Walaupun mereka jahat, tetapi Arjuna teringat bagaimana mereka pernah dididik bersama-sama sewaktu kecil dan sekarang berhadapan satu sama lain sebagai musuh. Lalu Kresna memberi Arjuna sebuah wejangan. Wejangannya ini disebut dengan nama Bhagawad Gita atau "Gita Sang Bagawan", artinya adalah nyanyian seorang suci.
Bhismaparwa diakhiri dengan dikalahkannya Bisma, kakek para Pandawa dan Korawa. Bisma mempunyai sebuah kesaktian bahwa ia bisa meninggal pada waktu yang ditentukan sendiri. Lalu ia memilih untuk tetap tidur terbentang saja pada "tempat tidur panahnya" (saratalpa) sampai perang Bharatayuddha selesai. Bisma terkena panah banyak sekali sampai ia terjatuh tetapi tubuhnya tidak menyentuh tanah, hanya ujung-ujung panahnya saja.

7. Dronaparwa
Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.

8. Karnaparwa
Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.

9. Salyaparwa
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.

10. Sauptikaparwa
Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.

11. Striparwa
Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.


12. Santiparwa
Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai Raja

13. Anusasanaparwa
Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.

14. Aswamedhikaparwa
Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.

15. Asramawasikaparwa
Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api sucinya sendiri
.
16. Mosalaparwa
Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.

17. Prasthanikaparwa
Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal dalam perjalanan.

18. Swargarohanaparwa
Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma

Menurut tradisi Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Wyasa (Abyasa). Disamping kedelapan belas Parwa itu terdapat pula dua buku suplemen yaitu Hariwamsa dan Bhagawadgita. Bhagawan Wyasa dikenal pula dengan nama Krsnadwipayana, putra Maha Rsi Parasara. Maha Rsi Abyasa (Wyasa) terkenal bukan saja karena karya Mahabharata-nya tetapi juga karena karyanya dalam usaha menyusun sistematika Weda yang disumbangkan dalam menyusun kodifikasi catur Weda itu.

Mahabharata banyak menggambarkan kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu, yang mirip dengan Dharmasastra dan Wisnusmrti. Hariwamsa membahas mengenai asal mula keluarga Bhatara Krsna seperti pula yang dapat kita jumpai didalam Wisnupurana dan Bhawisyaparwa.


Comments (0)